Asα Perjuαngαn Ku Terlilit Jeritαn Tαngis


Cerpen

                                    Asα Perjuαngαn Ku
                                    Terlilit Jeritαn Tαngis




Perjuangαn Memαng Hαl Yang Berat Bαgi Setiαp Insαn,Inilαh Katα Yang Pαs Bαgi Tαjuk rubrik Secαrik Rαngkαiαn Penαh Ini•

Berawal  dari  kampung  Halaman ku,selalu  ku  tulis  dalam kisah  dan simpan  di benak  ku, Perjuangan itu  memang  pedih' mengeruk segalah macam pikiran, Menjenuhkan Otak, Melemas kan Badan, Ahh...Sebetulnya itu yang di ajarkan Orang  Tua` ku, saat Aku kecil sampai usia dini-Dewasa, mereka mendegukan sebuah Kata" Belajarlah menjadi peribadimu, jangan melanggar Hak Orang Lain,ingat.!.kamu mengenyam pendidikan jauh dari pantauan Orang Tua, Jaga diri baik-baik, namun, apa daya, saat ini aku terjerumus dalam "Jerit Tangis sang Ayah, yang selalu terdengar desir,``Tangis mengeluh nasip nahas nya, pagi butah menuju kebun, belum di suguh sarpan pagi, sekujur tubunya di terbalur tetesan keringat kental,

Sambil mengayunkan tanganya memangkas sepotong pucuk jambu mente yang tumbuh rimbun, menyisir rumputan yang sudah menyiang sebelumnya, semburan debu manjur ke kelopak mata, nyeri otot tangan,sebegitu ngiluh,sambil mengucir-kucirkan, kelopak matanya,sekujur tubuh-nya, terpanggan, oleh cekat`` terikan Mata hari yang membias memancar.Langsung di atas ubun-ubun,kepala,yang sebagian rambut kepalanya`rontok, sambil meneguk air liur,kunyaan siri pinang, hari pun menyikat senjah, tak sedikit pun, menghelus perutnya yang sejak tadi Pagi belum terisi makanan. genjolakan Anjlok, pergerakan perut begitu ngiluh, sambil mengenyam pedih mengangat kaki, sentak melangkah pulang' sambil,, merengu dua ikat pucuk daun pepaya mudah, bunga pepaya, pulang...
   Hingah tiba di rumah, cuaca sore itu pun`cukup kurang bersahabat baginya... gemuru ombak dan sedikit campuran desira•n angin puting beliung tersulut dari pantai Naga Lirang, sambil menjalan sepi di gang Dapur, memeriksa`` apa kah, sang mama kecil ku, tadinya, menyisakan, nasi sisa masak malam.- tau-taunya tidak..., menambah dukah sobek, betis kaki' sampai
pergelangan tangan terasah kakuh, seperti termati rasah, sumber Energi penyemangat dari dalam tubuh_nya, sudah tidak lagi, berjalan pelan meniyimbang "jerigen takaran delapan liter, menuangkan sedikit air ke-wadah periuk memasaknya di tungku Api, membuat secankir Kopi, sambil menyeruput ] menungguh nanakan nasi,senjah pantai Nanga lirang pun, tersulut gelap gulita, yang muncul, bukan lagi senjah, melainkan bintang kawana malam, terelus seduh menatap ke panci nanak nasi yang tadinya,sang Ayah, mengetup ucapan ohw.. Padahal sudah malam, jadinya sepanjang hari ini perut aku, hanya terisi dengan seruput secangkir gelas kopi, aduh.. lama ke laman tubuh ini nantinya terkenah penyakit, sahut sang, Ayah"Nasip ini pun tetap berpihak kepada sang Ayah, yang di manan peran sentral di dalam keluarga, berfungsi sebagai regulator keluarga dari urusan secuil sampai ke lebih terbesar,
Niatnya pun, tidak bakal terpupus untuk merai`impihan sang anak ke sekolahnya tinggi, angan Ayah pun menyikuk bersih keras.
Anaknya, harus merai gelar keperawatan di sekolah tinggi di kota metro politan, angan itu, tidak sedikit kuras.

mengharap sang buah hati, menukik pengertian...sepeser, untuk mengerti,bawah pegang kendali atau ujung tombak perjuangan adalah,lakon yang begitu alot oleh Ayah.. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERPIHAN DI TERAS RUMAH

Tablo kisah sengsara Yesus di paroki st Damian Bea Muring penuh beradab

Upacara Ce'ar Cu'mpe,Adat Manggarai.